CANDI BOKO
Salah
satu peninggalan zaman purbakala yang sangat misterius adalah Istana Ratu Batau
Candi Ratu Boko. Candi yang satu ini terletak disebuah di sebuah bukit, sekitar
3 km dari Candi Prambanan, dan 19 km dari kota Yogyakarta luasnya kurang lebih
16 ha, yang mencakup dua desa di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Dawung
dan Sambirejo.
Sejarah
singkat Candi Boko
Pada
tahun 1790 Van Boeckholtz menemukan reruntuhan kepurbakalaan di atas bukit
situs Ratu Boko. Penemuan itu langsung dipublikasikan Tahun 1814 mereka
mengadakan kunjungan dan pencatatan. Seratus tahun kemudian, FDK Bosch
mengadakan penelitian dan penelitiannya diberi judul Kraton van Ratoe Boko.
Dari
situs itu sendiri ditemukan bukti tertua yang berangka tahun 792 Masehi berupa
Prasasti Abhayagiriwihara. Prasasti itu menyebutkan seorang tokoh bernama
Tejahpurnpane Panamkorono. Diperkirakan dia adalah Rakai Panangkaran yang
disebut-sebut dalam Prasasti Kalasan tahun 779 Masehi Prasati Mantyasih 907 Masehi,
dan Prasasti Wanua Tengah III tahun 908 Masehi. Rakai Panangkaran lah yang
membangun Candi Borobudur, Candi Sewu, dan Candi Kalasan. Meski demikian situs
Ratu Boko masih diselimuti misteri belum diketahui kapan dibangun, oleh siapa,
untuk apa, dan sebagainya. Orang hanya memperkirakan itu sebuah bangunan
keraton.
Menurut
Prof. Buchari, seorang ahli sejarah, bangunan Keraton Boko merupakan benteng
pertahanan Balaputradewa atau Rakai Kayuwangi, putera bungsu Rakai Pikatan.
Konon Rakai Kayuwangi diserang oleh Rakai Walaing Puhuyaboni, cicit laki-laki
Sanjaya yang merasa lebih berhak atas tahta dari pada Rakai Pikatan, karena
Rakai Pikatan hanyalah suami dari Pramodharwani, puteri mahkota Samarottungga
yang beragama Budha. Dalam pertempuran tersebut Rakai Walaing berhasil dipukul
mundur dan terpaksa mengungsi di atas perbukitan Ratu Boko dan membuat benteng
pertahanan di sana. Namun pada akhirnya Keraton Boko dapat digempur dan
diduduki Rakai Kayuwangi yang secara sengaja merusak prasasti yang memuat silsilah
Rakai Walaing, dengan menghilangkan bagian yang memuat nama-nama ayah, kakek
dan buyut Rakai Walaing. Pemugaran Situs Ratu Boko dimulai sejak zaman
penjajahan Belanda tahun 1938. Usaha itu kemudian dilanjutkan pemerintah
Indonesia sejak tahun 1952.
Keunikan
Candi Boko
Ratu
Boko kemungkinan dibangun sekitar abad 9 M oleh Dinasti Syailendra yang kelak
mengambil alih Mataram Hindu. Sebagai sebuah monument peninggalan zaman dahulu,
Ratu Boko masih menyimpan misteri. Atribut-atribut yang terdapat di sini memang
mengacu pada sebuah wilayah perkampungan. Tapi tetap saja para ahli masih sulit
mengidentifikasikan, apakah ia merupakan taman kerajaan, istana, benteng, atau
candi.
Ratu
boko memiliki 3 buah teras/tingkat yang masing-masing dipisahkan dengan dinding
batu dan benteng, masih banyak reruntuhan yang bias kita temukan di Ratu Boko.
Misalnya saja reruntuhan Gua Laki-Laki (Male Cave) serta sebuah Gua yang
berukuran lebih kecil lagi, Gua perempuan (Female Cave).
Di
sana juga pernah ditemukan lima fragmen prasasti berhuruf Prenagari dan
berbahasa Sansekerta. Selain itu, juga ditemukan tiga prasasti berhuruf Jawa
Kuno dalam bentuk syair Sansekerta.
Misteri
Ratu Boko yang belum terungkap
Walaupun
begitu banyak dan beragamnya sisa-sisa bangunan ditemukan di sana, sampai
sekarang fungsi Ratu Boko masih belum diketahui. Ada yang percaya bahwa Ratu
Boko merupakan biara atau sebuah tempat beristirahat dan rekreasi.
Prasasti
– prasasti yang ditemukan pun agaknya sulit untuk dijadikan sebagai sumber
untuk mengetahui fungsi candi yang satu ini. Tulisan – tulisan yang ditemukan
di sana hanya menunjukan bahwa Ratu Boko ada di masa antara abad ke 8-9.
Prasasti yang berasal dari abad ke-8 umumnya berisi pendirian bangunan suci
Buddha, sedangkan abad ke-9 berisi tentang pendirian bangunan suci Hindu. Tapi
karena tidak ada prasasti yang secara eksplisit menyebutkan fungsi dari setiap
bangunan yang ada, maka Ratu Boko masih menjadi misteri sampai sekarang.
Sumber
: