Kamis, 19 April 2012

Fenomena yang terjadi di Indonesia


CANDI BOKO


 Salah satu peninggalan zaman purbakala yang sangat misterius adalah Istana Ratu Batau Candi Ratu Boko. Candi yang satu ini terletak disebuah di sebuah bukit, sekitar 3 km dari Candi Prambanan, dan 19 km dari kota Yogyakarta luasnya kurang lebih 16 ha, yang mencakup dua desa di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Dawung dan Sambirejo.

Sejarah singkat Candi Boko

Pada tahun 1790 Van Boeckholtz menemukan reruntuhan kepurbakalaan di atas bukit situs Ratu Boko. Penemuan itu langsung dipublikasikan Tahun 1814 mereka mengadakan kunjungan dan pencatatan. Seratus tahun kemudian, FDK Bosch mengadakan penelitian dan penelitiannya diberi judul Kraton van Ratoe Boko.

Dari situs itu sendiri ditemukan bukti tertua yang berangka tahun 792 Masehi berupa Prasasti Abhayagiriwihara. Prasasti itu menyebutkan seorang tokoh bernama Tejahpurnpane Panamkorono. Diperkirakan dia adalah Rakai Panangkaran yang disebut-sebut dalam Prasasti Kalasan tahun 779 Masehi Prasati Mantyasih 907 Masehi, dan Prasasti Wanua Tengah III tahun 908 Masehi. Rakai Panangkaran lah yang membangun Candi Borobudur, Candi Sewu, dan Candi Kalasan. Meski demikian situs Ratu Boko masih diselimuti misteri belum diketahui kapan dibangun, oleh siapa, untuk apa, dan sebagainya. Orang hanya memperkirakan itu sebuah bangunan keraton.

Menurut Prof. Buchari, seorang ahli sejarah, bangunan Keraton Boko merupakan benteng pertahanan Balaputradewa atau Rakai Kayuwangi, putera bungsu Rakai Pikatan. Konon Rakai Kayuwangi diserang oleh Rakai Walaing Puhuyaboni, cicit laki-laki Sanjaya yang merasa lebih berhak atas tahta dari pada Rakai Pikatan, karena Rakai Pikatan hanyalah suami dari Pramodharwani, puteri mahkota Samarottungga yang beragama Budha. Dalam pertempuran tersebut Rakai Walaing berhasil dipukul mundur dan terpaksa mengungsi di atas perbukitan Ratu Boko dan membuat benteng pertahanan di sana. Namun pada akhirnya Keraton Boko dapat digempur dan diduduki Rakai Kayuwangi yang secara sengaja merusak prasasti yang memuat silsilah Rakai Walaing, dengan menghilangkan bagian yang memuat nama-nama ayah, kakek dan buyut Rakai Walaing. Pemugaran Situs Ratu Boko dimulai sejak zaman penjajahan Belanda tahun 1938. Usaha itu kemudian dilanjutkan pemerintah Indonesia sejak tahun 1952.

Keunikan Candi Boko

Ratu Boko kemungkinan dibangun sekitar abad 9 M oleh Dinasti Syailendra yang kelak mengambil alih Mataram Hindu. Sebagai sebuah monument peninggalan zaman dahulu, Ratu Boko masih menyimpan misteri. Atribut-atribut yang terdapat di sini memang mengacu pada sebuah wilayah perkampungan. Tapi tetap saja para ahli masih sulit mengidentifikasikan, apakah ia merupakan taman kerajaan, istana, benteng, atau candi.

  
Ratu boko memiliki 3 buah teras/tingkat yang masing-masing dipisahkan dengan dinding batu dan benteng, masih banyak reruntuhan yang bias kita temukan di Ratu Boko. Misalnya saja reruntuhan Gua Laki-Laki (Male Cave) serta sebuah Gua yang berukuran lebih kecil lagi, Gua perempuan (Female Cave).

Di sana juga pernah ditemukan lima fragmen prasasti berhuruf Prenagari dan berbahasa Sansekerta. Selain itu, juga ditemukan tiga prasasti berhuruf Jawa Kuno dalam bentuk syair Sansekerta.

Misteri Ratu Boko yang belum terungkap


Walaupun begitu banyak dan beragamnya sisa-sisa bangunan ditemukan di sana, sampai sekarang fungsi Ratu Boko masih belum diketahui. Ada yang percaya bahwa Ratu Boko merupakan biara atau sebuah tempat beristirahat dan rekreasi.

Prasasti – prasasti yang ditemukan pun agaknya sulit untuk dijadikan sebagai sumber untuk mengetahui fungsi candi yang satu ini. Tulisan – tulisan yang ditemukan di sana hanya menunjukan bahwa Ratu Boko ada di masa antara abad ke 8-9. Prasasti yang berasal dari abad ke-8 umumnya berisi pendirian bangunan suci Buddha, sedangkan abad ke-9 berisi tentang pendirian bangunan suci Hindu. Tapi karena tidak ada prasasti yang secara eksplisit menyebutkan fungsi dari setiap bangunan yang ada, maka Ratu Boko masih menjadi misteri sampai sekarang.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar